Apabila pandangan tersirat datang menegur dan berkata;
“engkau telah berbuat silap"
“dirimu kotor kerana kesalahan itu”
Aduhai, manusia mana yang tidak melakukan kesalahan
Sedangkan mereka sentiasa dikelirukan dengan keputusan yang dibuat
Hati yang sering berbolak balik dengan prinsip yang dipegang
Namun jawapan syura itulah sebaik2 rujukan
Petunjuk dariNya adalah sebenar2 panduan
Yang diiringi rahmat dan redha dari tuhan yang Maha Agung
Maka pandangan itu dibalas dengan bicara si renungan;
“kepadaNya aku memohon ampun di atas kesalahan ini..”
manusia itu sifatnya terburu-buru
tergesa-gesa, kadang gopoh tidak menghala
“beristighfar banyak2..” pandangan lain tiba dan menyapa
Aduhai..indahnya ukhuwah, kesilapan tidak menyebabkan ia terus berpaling
Sebaliknya ia tulus, menyentuh hati, menyeru agar kembali padaNya
Sebaik2 tempat rujukan
Semulia2 tempat memohon
sebenar2 tempat bergantung
“Ya Allah..kepadamu aku memohon ampun”
astaghfiruLlahal’azim..
“jalan dakwah memang tidak ditempuh para malaikat. Ini jalan para manusia. Lebih dari itu, ini adalah jalan orang-orang yang ingin memperbaiki diri dari kekeliruan. Mereka yang bergabung di jalan ini tidak lain adalah orang2 yang menyedari betapa banyak kekeliruan mereka dan betapa mereka memerlukan bantuan orang lain untuk memperbaiki diri”
Pertama, kami pasti dapat menemukan kesalahan atas aib saudara kami, jika kami mencari-carinya. Ibarat lalat yang selalu mencari tempat dan sisi kotor dari tubuh manusia, pasti lalat tersebut dapat mendapatkan tempat kotor dari tubuh manusia, meski yang bersangkutan sudah berusaha membersihkan diri
Kedua, kesalahan dan kekurangan yang dilakukan saudara2 kami di jalan ini, adalah risiko dari mereka yang terus bergerak dan banyak aktiviti. Kerana itulah mereka sangat mungkin melakukan kesalahan. Hal ini menunjukkan dinamika mereka yang hidup di alam realiti di mana mereka juga dilingkupi oleh pertentangan dengan arusyang batil.
Dalam erti, kekeliruan seorang saudara harus diluruskan dengan adab dan cara2 yang baik. Dengan tujuan baik, method yang baik, objektif dan dengan kelapangan dada di antara kami..
Seperti yang pernah ditanyakan kepada Hasan Al Bashri, “siapa yang mendidik dirimu sehingga menjadi baik?” beliau mengatakan, “diriku sendiri”.”bagaimana bisa begitu?” Tanya orang itu kepada Al Bashri. Ia mengatakan, “jika aku melihat kebaikan dilakukan orang lain, aku akan menirunya. Jika aku melihat keburukannya, aku berusaha menjauhi perilakunya itu”
rujuk daripada buku ''beginilah jalan dakwah mengajarkan kami”
Jangan malu untuk melakukan kesalahan, tetapi malulah jika kesalahan itu kerap dilakukan tanpa tiada iktibar yang diambil
Monday, January 25, 2010
salah kamu
Tuesday, January 12, 2010
untuk akhawat
Cerita Si Abi Kepada Putrinya Tentang Akhwat Sejati
Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya, “Abi ceritakan padaku tentang Akhwat sejati?”.
Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum : Anakku …
Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang memesona, tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.
Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.
Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.
Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.“Lantas apa lagi Abi?”, sahut
putrinya. Ketahuilah putriku …
Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan tetapi dilihat dari Kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.
Dan ingatlah … Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi dilihat dari sejauhmana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.
Setelah itu sang anak kembali bertanya, “Siapakah yang dapat menjadi kriteria seperti itu, Abi?”
Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata,”Pelajarilah mereka!” Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan “Isteri Rasulullah SAW”
Khusus buat para aktivis… bacalah :
Akhwat sejati tidak dilihat dari jilbabnya yang anggun, tetapi dilihat dari kedewasaannya dalam bersikap.
Akhwat sejati tidak dilihat dari retorikanya ketika aksi, tetapi dilihat dari kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan.
Akhwat sejati tidak dilihat dari banyaknya ia berorganisasi, tetapi sebesar apa tanggungjawabnya dalam menjalankan amanah.
Akhwat sejati tidak dilihat dari kehadirannya dalam syuro’, tetapi dilihat dari kontribusinya dalam mencari solusi dari suatu permasalahan.
Akhwat sejati tidak dilihat dari tasnya yang selalu membawa Al -Qur’an, tetapi dilihat dari hafalan dan pemahamannya akan kandungan Al- Qur’an tersebut.
Akhwat sejati tidak dilihat dari aktivitasnya yang seabrek, tetapi bagaimana ia mampu mengoptimalisasi waktu dengan baik.
Akhwat sejati tidak dilihat dari IP-nya yang cumlaude, tetapi bagaimana ia mengajarkan ilmunya pada umat.
Akhwat sejati tidak dilihat dari tundukan matanya ketika interaksi, tetapi bagaimana ia mampu membentengi hati.
Akhwat sejati tidak dilihat dari partisipasinya dalam menjalankan kegiatan, tetapi dilihat dari keikhlasannya dalam bekerja.
Akhwat sejati tidak dilihat dari sholatnya yang lama, tetapi dilihat dari kedekatannya pada Robb di luar aktivitas sholatnya.
Akhwat sejati tidak dilihat kasih sayangnya pada orang tua dan teman-teman, tetapi dilihat dari besarnya kekuatan cinta pada Ar–Rahman Ar- Rahiim..
Akhwat sejati tidak dilihat dari rutinitas dhuha dan tahajjudnya, tetapi sebanyak apa tetesan air mata penyesalan yang jatuh ketika sujud
Akhwat sejati tidak dilihat dari rutin dan konsistennya menggunakan jilbab dan tidak akan menganggap dirinya lebih sempurna dibandingkan para akhwat lainnya yang belum berhijab, tetapi bagaimana ia mampu membimbing dengan penuh kesabaran & keikhlasan para akhwat lainnya supaya menggunakan jilbabnya dengan konsisten.
special thanks to: hafidzah87.wordpress.com
Subscribe to:
Posts (Atom)